Dampak digital marketing dalam pemilu

Dampak digital marketing dalam pemilu

Dunia selalu berubah mengikuti perkembangan teknologi. Perubahan ini pun menjangkau dunia politik, khususnya dalam cara memenangkan suatu pemilihan umum atau dengan kata lain strategi kampanye politik. Sebelum membaca artikel ini sampai selesai, ada baiknya kita mengetahui seberapa besar teknologi telah mengubah strategi kampanye politik pada masa kini.

Perubahan ini dimulai ketika Obama menggunakan kampanye digital sebagai cara baru untuk melakukan kampanye dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2008. Dengan kata lain, Obama secara khusus memanfaatkan kekuatan digital, baik melalui internet maupun alat elektronik lainnya sebagai media promosi kampanye politiknya. Cara ini berhasil dengan sukses mengantarkan Obama pada kemenangan hingga akhirnya dapat memimpin negara adidaya tersebut selama dua periode.

Kampanye digital Obama dinilai serupa dengan cara kampanye John F. Kennedy yang merengkuh kekuatan media televisi untuk pertama kalinya dalam sejarah pemilihan presiden Amerika pada masanya. Dari kampanye digital tersebut, dapat kita lihat kinerja dari tim digital marketing Obama. Segala aspek digital mulai dari membuat situs resmi politik, menggunakan media sosial, pengoptimalisasian SEO, memasang digital ads, email marketing, hingga mobile marketing, benar-benar diterapkan oleh tim digital marketing Obama. Tujuannya adalah untuk menjangkau semua calon pemilih, membangun database pendukung, menumbuhkan kredibilitas dan menjalin hubungan komunikasi di antara Obama dengan para pendukungnya. Kampanye digital Obama terbukti ampuh menghimpun suara sebanyak 52,9% pada hari pemilihan dan menggalang dana kampanye mendekati 200 juta dolar atau setara dengan 2 juta dolar per hari hanya dengan donasi online melalui situs resmi politiknya.

 

iCreative menyediakan jasa beserta layanan untuk digital marketing, strategy dan campaign. Klik disini untuk mengetahui jasa dan layanan kami.

 

pada November 2016, pemilihan presiden Amerika Serikat kembali digelar. Enam minggu setelah hari pemilihan, Trump dinyatakan sebagai presiden ke-45. Kemenangan Trump ini spontan mengejutkan banyak pihak, lantaran prediksi para analis sebelumnya yang menyebutkan Hillary Clinton sebagai pemenang. Banyak spekulasi bermunculan mengenai kemenangan Trump. Namun, sebelum kita berspekulasi lebih jauh, mari kita tengok strategi digital marketing yang dilakukan oleh Trump.

Media sosial dan Project Almano, yakni project yang berisikan informasi data penduduk Amerika sebanyak 220 juta orang, menjadi kunci utama kesuksesan Trump memenangkan kursi kepresidenan. Parscale sebagai ketua tim digital marketing kampanye Trump, menjelaskan lebih lanjut bahwa Facebook melalui fitur Facebook Ads serta Twitter merupakan dua media sosial utama yang sangat berpengaruh dalam kemenangan ini. Ketika HiIlary menghabiskan dana kampanye hingga lebih dari dua juta dolar untuk iklan TV, Trump hanya menghabiskan tidak lebih dari setengah anggaran Hillary. Hal ini dikarenakan bahwa sejak awal Trump cenderung memilih untuk melakukan kampanye politik secara digital sebagai strategi utama.

Melalui berbagai fitur yang ada pada Facebook Ads dan dibantu dengan data penduduk yang dimiliki, tim digital marketing Trump dapat mengatur strategi untuk membagikan pesan kampanye kepada kalangan tertentu secara lebih spesifik dan akurat sesuai dengan target pemilih yang diinginkan oleh Trump. Hal ini sejalan dengan strategi Trump untuk meraih suara dari golongan kulit putih idealis, termasuk suara kulit putih pendukung Hillary. Sedangkan melalui Twitter, Trump memanfaatkan situs jejaring sosial tersebut secara lebih personal untuk menunjukkan kepribadian serta menyalurkan pemikiran-pemikirannya, baik yang bersifat kontroversial maupun tidak. Bagi Trump, media sosial bukan hanya sebagai media untuk menyebarkan pesan-pesan kampanye yang sudah direncanakan sebelumnya, melainkan juga sebagai alat komunikasi utama untuk berinteraksi secara langsung dan lebih dekat dengan para pendukungnya.

 

Media sosial telah menjadi kekuatan penting pada pemilihan presiden di Indonesia tahun 2014. Pada tahun tersebut, sekitar 88 juta orang Indonesia sudah menggunakan internet secara aktif dan 86% di antaranya sudah mengakses internet secara mobile. Termasuk di dalamnya, sekitar 69 juta orang merupakan pengguna aktif Facebook setiap bulannya. Dengan kata lain, sekitar 98% pangsa pasar media sosial dikuasai oleh Facebook, diikuti oleh Google Plus pada peringkat kedua dengan 54%, dan Twitter pada peringkat ketiga dengan 44%.

 

iCreative menyediakan jasa beserta layanan untuk digital marketing, strategy dan campaign. Klik disini untuk mengetahui jasa dan layanan kami.



Namun, untuk pertama kalinya media sosial digunakan sebagai sarana kampanye adalah pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012 oleh Jokowi. Kala itu, Jokowi enggan menggunakan cara kampanye konvensional, seperti memasang baliho, dll, dengan alasan takut mengotori Jakarta. Jokowi pun memilih kampanye digital dengan memanfaatkan kekuatan media sosial sebagai sarana kampanye dan tetap melanjutkan cara ini saat pemilihan presiden tahun 2014.

Langkah Jokowi tersebut merupakan langkah yang efektif dan tepat. Sebab, media sosial memiliki kelebihan untuk dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Sebuah riset dari Amerika pada tahun 2014 menunjukkan Indonesia sebagai negara dengan penggunaan ponsel tertinggi di dunia dengan waktu pemakaian rata-rata 2,5 sampai 3 jam sehari. Selain itu, ada kecenderungan bagi orang Indonesia untuk selalu mengakses internet pada ponsel hampir setiap saat demi mendapatkan informasi terbaru. Disamping media sosial, Jokowi pun memanfaatkan situs resmi politiknya untuk membangun database pendukung dan menjaring para relawan. Dengan bantuan dari para relawan, akses kampanye Jokowi menjadi lebih luas dan tidak terbatas.

 

iCreative menyediakan jasa beserta layanan untuk digital marketing, strategy dan campaign. Klik disini untuk mengetahui jasa dan layanan kami.